Dramaturgi dalam Teater

Kata drama berasal dari bahasa Yunani yaitu dramoai yang berarti berbuat, berlaku, beraksi, bertindak dan sebagainya, dan “drama” berarti : perbuatan, tindakan. Drama turgi adalah ajaran tentang masalah hukum, dan konvensi/ persetujuan drama. Teater merupakan kisah kehidupan manusia yang disusun untuk ditampilkan sebagai pertunjukkan di atas pentas oleh para pelaku dengan dan ditonton oleh publik (penonton).

Teater sebagai sebuah seni pertunjukan tidak terlepas dari aspek tanda dan simbol kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang merupakan bahan  penciptaan bagi penulis maupun pekerja seni teater lainnya akan membangun karya seni pertunjukan penuh dengan tanda dan simbol-simbol kehidupan. Tanda dan simbol yang sifatnya universal tersebut diyakini sebagai dasar dari  komunikasi teater.

John Powers, dalam Littlejohn (1995) menegaskan bahwa yang paling penting dalam komunikasi adalah pesan. Menurut Powers, pesan  memiliki tiga unsur yaitu:  tanda dan simbol, bahasa, dan wacana. Teater sebagai sebuah karya seni pertunjukan akan mengangkat pesan tentang kehidupan, tentang norma, tentang kebaikan, keburukan, kejahatan, dan berbagai watak karakter manusia untuk ditampilkan di atas panggung.

Simbol-simbol dari penulis naskah yang dibawakan oleh aktor melalui interpretasi sutradara berfungsi untuk mengomunikasikan konsep, gagasan umum, pola, atau bentuk. Konsep disebut makna yang dipegang bersama antara para komunikator, tetapi  masing-masing komunikator juga akan memiliki kesan atau makna pribadi yang mengisi gambaran umum tersebut.  Kesan pribadi merupakan konsepsi orang tersebut. Makna terdiri atas konsepsi pribadi individu dan konsep umum yang dipegang bersama-sama dengan orang-orang lain.

Tokoh atau pelaku dalam sebuah cerita menunjuk pada orangnya atau pelakunya. Sedangkan lakuan akan berkaitan dengan bagaimana tokoh tersebut berlaku atau berperilaku, menunjuk pada sifat sehingga bisa juga disebut watak, perwatakan, dan karakter (Burhan Murgiyanto: 2005)

Pertunjukan teater baik tradisional maupun modern akan menggunakan spectakle-spectskle  musik. Musik dalam seni pertunjukan teater pada umumnya menjadi bagian kedua atau hanya berfungsi sebagai elemen pendukung. Musik tidak hanya digunakan sebagai ilustrasi tetapi juga sebagai pembangun suasana, sebagai pengiring gerak (tari), yang berjalan beriringan, saling mengisi dan saling menguatkan.

Musik diaransemen sebagai bunyi-bunyian yang melekat dengan karakter tokoh yang akan hadir dalam pertunjukan. Bunyi dalam teater dikategorikan menjadi bunyi alami, atau bunyi-bunyi alam, bunyi perangkat atau alat mesin, sperti mobil, mesin pabrik dsb, dan bunyi yang dikarenakan adanya aksi tertentu seperti bunyi meja ditendang, batu dilempar dsb (Nur Sahid: 2004). Bunyi-bunyi tersebut diolah dengan menggunakan alat-alat musik untuk menghasilkan efek suara yang mendukung lakuan aktor dan spectakle pemanggungan.

Musik dalam pertunjukan teater juga dipahami sebagai lagu dan atau tembang. Musik dalam hal ini mengacu pada fungsi praktisnya, menunjuk secara spesifik pada situasi sosial masyarakat pendukungnya. Disamping itu musik juga sebagai penanda peristiwa yang akan menjadi konteks pertunjukan teater. Musik dalam pertunjukan teater dimainkan secara live (hidup-langsung) sebagai bagian kesatuan pertunjukan.

Tinggalkan komentar